Friday, June 4, 2010

Keturunan Nabi Muhammad SAW :)

Dari dua belas wanita yang Rasulullah saw nikahi, hanya Khadijah binti Khuwalid dan Mariah Al-Qabtiyya yang memberi beliau keturunan. Pernikahan Nabi Muhammad saw dengan Khadijah dikaruniai tujuh orang anak, diantaranya tiga putra (Al Qasim, Abdullah, dan Tayyib) yang meninggal dunia sewaktu masih kecil dan empat putri (Zainab, Ruqayyah,Ummi Kaltsum, dan Fatimah). Sedangkan dari pernikahan beliau dengan Mariah Al-Qabtiyya dikarunia seorang anak bernama Ibrahim yang meninggal sewaktu masih kecil.
Dengan demikian, jumlah anak Nabi Muhammad asaw dalah delapan orang, empat laki-laki yang kesemuanya meninggal sewakti masih kecil, serta empat wanita. Putranya yang bernama Ibrahim hanya hidup selama 18 bulan. Nabi saw menyaksikan ketika dia menghembuskan nafas yang terakhir sambil meneteskan air mata, beliau berkata “mata boleh meneteskan air, hati boleh bersedih, tapi kita tidak boleh mengucapkan kalimat yang tidak diridhoi Allah”.
Zainab binti Muhammad adalah putrid sulung Rasulullah saw. Zainab dipersunting oleh Abul Ash bin Rabi’. Dia memeluk agama Islam dan ikut hijrah ke Madinah, sementara suaminya bertahan dalam agamanya di Mekah sampai dia tertawan dalam perang Badar. Di saat itu, Nabi Muhammad saw meminta kepadanya untuk menceraikan Zainab, lalu diceraikannya. Setelah dia masuk Islam, Rasulullah saw menikahkan mereka kembali. Zainab binti Muhammad wafat di tahun 8 H.
Ruqayyah dipersunting oleh Utbah bin Abu Lahab sewaktu Jahiliah. Setelah munculnya Islam dan turunnya ayat yang berarti “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.” (QS. al-Lahab : 1) dia langsung dicerai oleh suaminya atas perintah Abu Lahab. Dia memeluk Islam bersama ibunya. Kemudian dia dinikahi oleh Usman bin Affan dan ikut bersama suaminya hijrah ke Abessina (habasyah), kemudian mereka kembali dan menetap di Madinah dan seterusnya meninggal di kota itu pula. Sepeninggal Ruqayyah di tahun 2 H, adiknya yang bernama Ummi Kaltsum dinikahi oleh Usman bin Affan dan ikut berhijrah ke Madinah. Ummi Kaltsum wafat di tahun 9 H/639 M.
Putri bungsu Nabi Muhammad saw adalah Fatimah Az-Zahra. Fatimah adalah putri kesayangan Nabi Muhammad saw. Selain itu, ia juga merupakan seorang putri Nabi saw yang paling terkenal di dunia Islam. Ia menghabiskan masa kanak-kanaknya di Mekah sehingga mengalami secara langsung tekanan dan penyiksaan yang menimpa keluarganya, karena pada masa itu Nabi Muhammad saw baru memulai perjuangannya mensyiarkan Islam. Sedangkan masa remaja dan dewasanya, Fatimah tinggal di Madinah.
Fatimah binti Muhammad menikah dengan Ali bin Abu Thalib. Dari pernikahannya itu, dikaruniai lima orang keturunan, tiga putra (Hasan, Husein, dan Muhassin) dan dua putri (Ummi Kultsum dan Zainab). Fatimah adalah seorang wanita yang pintar dan ikut pula dalam perjuangan syiar Islam. Ia meninggal pada tahun 11 H.

Semoga bermanfaat :))

Thursday, June 3, 2010

POHON APEL TUA

Alkisah hiduplah sebatang pohon apel.

Seorang anak laki-laki gemar datang dan bermain disekitarnya, setiap hari. Ia gemar memanjati sampai puncaknya, menikmati kelezatan buahnya, rehat di balik bayangannya. Ia mencintai pohon Apel itu dan sang pohon pun senang bermain dengannya.

Waktu berlalu … Dan bocah itu kini telah dewasa dan tak lagi bermain di sekitar pohon itu lagi.

Pada suatu hari, si bocah tampak kembali kepada sang pohon, dan ia kelihatan sedih.

“Saya bukan lagi anak-anak, saya tidak lagi bermain di sekeliling pohon. Saya ingin mainan. Saya butuh uang untuk membelinya”.

“Maaf, tapi aku tak memilikinya, tapi kamu dapat memetik semua apelku dan menjualnya. Maka, kau akan mendapatkan uang”.

Anak itu begitu senangnya. Ia petik semua apel dari pohon itu dan meninggalkannya dengan suka cita. Anak itu tak pernah lagi kembali setelah memetik sebuah apel. Sang pohon pun bersedih.

Suatu hari, si anak kembali lagi, dan betapa senangnya si pohon apel.

“Ayo, bermainlah dengan saya,” kata si pohon.

“Saya tak punya waktu untuk bermain. Saya harus mencari nafkah untuk keluargaku. Kami perlu sebuah rumah untuk berteduh. Bisakah kamu menolongku ?”

“Maaf, tapi aku tidak punya rumah, tapi kau bisa memangkas batang-batangku untuk membangun rumahmu.”

Maka si anak lelaki itu menebangi semua batang pohon apel itu dan meninggalkannya dengan rasa bahagia. Pohon itu bahagia melihatnya tampak bahagia, tapi si anak itu tak pernah kembali lagi. Pohon itu kembali kesepian, dan bersedih hati kembali.

Pada suatu hari yang panas, si anak kembali dan pohon itu sungguh senang.

“Datanglah dan mari bermain denganku!” kata si pohon.

“Saya sedang duka dan mulai tua. Saya ingin pergi berlayar untuk bersantai. Bisakah kau memberiku sebuah layar?”

“Pakailah dahanku untuk membikin perahumu. Kau dapat berlayar jauh dan bersenang-senang.”

Maka si anak lantas memotong dahan untuk membuat perahu. Lalu pergi berlayar dan tak pernah menampakkan diri untuk waktu yang lama.

Akhirnya, si anak kembali setelah pergi bertahun-tahun.

“Maaf, anakku. Tapi kini tak lagi ada sesuatu pun padaku yang dapat kuberikan untukmu. Tak ada lagi buah-buah apel untukmu,” kata pohon apel dengan sedih.

“Saya toh tak lagi punya gigi untuk mengunyah,” jawab si anak.

“Tak ada lagi dahan yang dapat kau panjati.”

“Saya terlalu tua untuk itu sekarang,” kata si anak lagi.

“Saya sungguh tak memiliki apapun lagi untukmu … yang tertinggal kini hanyalah akar tuaku yang mulai mati,” kata si pohon dengan berlinang air mata.

“Saya tak perlu banyak sekarang, hanya tempat untuk beristirahat. Saya telah lelah untuk semuanya akhri-akhir ini,” kata si anak.

“Bagus! Akar tua pepohonan adalah tempat terbaik untuk bersandar dan beristirahat. Mari, duduklah bersamaku dan beristirahatlah.”

Anak itu pun duduklah dan pohon sangat gembira dan tersenyum sambil berurai air mata…

Ini adalah kisah setiap orang.Di Ibaratkan, Si pohon adalah ORANGTUA kita. Saat kita masih muda, kita senang bermain dengan AYAH dan BUNDA…Ketika kita dewasa, kita tinggalkan mereka…dan hanya datang saat butuh bantuan.

Apapun, ORANGTUA akan selalu di sana dan memberikan segalanya untuk membuatmu bahagia. Mungkin Kalian akan berpikir betapa KEJAMNYA si anak terhadap si pohon, tapi begitulah cara kita semua memperlakukan ORANGTUA kita.

DIKUTIP DARI BUKU mengasah hati (44 MUTIARA HIDUP yang akan Membuat Hati Anda Sebening Kaca) PENULIS “ZAIM SAIDI”.


sumberterakhir, syahrijal's note

Love, Erika Nur Amalina